Sabtu, 04 Januari 2020


Indonesia timur sudah tidak diragukan lagi akan pesona lautnya. Pasir putih dan terumbu karang berjuta warna telah melekat di telinga kita. Seringkali orang langsung tertuju ke Raja Ampat atau Wakatobi jika ingin menikmati keindahan Indonesia timur. Jarang-jarang orang yang tau kalau Makassar juga mempunyai tempat yang tidak kalah indahnya. Tempat itu bernama Pulau Samalona.

Pertama kali saya dengar kata samalona dari lagunya bang Pandji, tapi lupa judul lagunya apa. hehe. Beberapa bulan yang lalu saya berkesempatan mengunjungi Kota Makassar. Ada urusan pekerjaan yang mengharuskan kesana. Beruntungnya kerjaan selesai lebih cepat, ada waktu kosong dari pagi sampai jam 1 siang yang bisa digunakan untuk keliling kota menikmati suasana Makassar.

Malam sebelum ke Samalona, saya dan teman yang lainnya berdiskusi untuk menentukan kemana besok kita akan menghabiskan waktu. Muncul 3 pilihan: (1) Keliling kota ke Benteng Rotterdam, Makam Pangeran Diponegoro dsb, (2) ke Kampoeng Karst Ramang-Ramang atau (3) Pantai Samalona. Awalnya kita sepakat ke Ramang-Ramang dengan alasan destinasinya beda dan keren, sulit dijumpai di Jawa. Sedangkan kalau pantai di Jawa juga banyak. Tapi mengingat waktu tempuh ke Ramang-Ramang yang cukup jauh sekitar 1,5-2 jam, kita berganti haluan ke Pulau Samlona.

Pulau Samalona bisa diakses melalui Dermaga Kota Makassar di seberang Benteng Rotterdam atau melalui Dermaga Kayu Bangkoa. Kita berencana menyeberang melalui Dermaga kota, tapi atas saran driver mobil sewa kami yang asli orang Makassar, kita berangkat melalui Dermaga Kayu Bangkoa. Ada benarnya juga saran dari Pak Driver, menyeberang melalui dermaga Kayu Bangkoa lebih sepi dan relatif aman dari calo.

Dermaga Kayu Bangkoa berupa gang sempit dari akses jalan raya. Ada beberapa warung yang jual makanan dan minuman untuk dijadikan bekal ke Samalona karena disana tidak ada yang jualan makanan. Sampai di dermaga kami langsung menghampiri salah satu perahu untuk bertanya harga sewa. Perahunya kecil cukup muat untuk 10 orang. Pemilik perahu meminta harga 700, setelah proses tawar menawar deal diharga 550 ribu. Sistem sewa disini untuk sehari sepuasnya ke satu tujuan. Jadi kita bisa sewa dari pagi sampai sore di Samalona, tetapi jika ingin menambah destinasi lain ada biaya tambahan sesuai kesepakatan.

Jam 9 pagi ditengah terik matahari kota Makassar kita langsung berangkat ke Pulau Samalona. Dalam perjalanan kita melewati beberapa pulau dan banyak kapal peti kemas mengingat Kota Makassar sebagai Hub di Indonesia timur. Semakin ke tengah ombak semakin besar. Dengan ukuran kapal yang kecil dan ombak yang cukup besar, cukup membuat hati deg-degan. Sekitar 30 menit sebuah pulau mungil dengan airnya yang biru jernih terlihat. 100 meter dari bibir pantai kita akan disuguhi betapa jernihnya air di Samalona. Dari atas kapal bisa melihat dasar laut yang berpasir putih.

Pulau Samalona dari kejauhan
Penginapan di Samalona

Perahu bersandar di tepian pulau. Sepi dan sunyi, ini yang saya rasakan ketika menginjakkan kaki di Pulau Samlona. Di pulau ini ada beberapa rumah penduduk dan penginapan. Sepertinya akan menyenangkan jika bisa menginap disini, menikmati keheningan alam menjauhi hiruk pikuk kota. Kami langsung menuju ke tempat persewaan alat snorkeling. Ternyata sewa alat snorkeling disini cukup mahal. Sepaket kaki katak dan snorkel dihargai 100 ribu. Kalau sewa satu per satu 50 ribuan. Kita coba tawar abis-abisan tetep gagal, abangnya gak mau nurunin harga.

Tempat bersandar perahu

Sebelum lanjut snorkeling, kita muter-muter pulau. Di sebelah kiri dermaga ada pantai berpasir putih yang cukup luas. Tapi sayangnya sudah banyak karangnya. Katanya dulu hamparan pasirnya sampai tengah laut jauh, tapi semenjak abrasi tinggal sedikit. Kalau tidak salah hamparan pasir juga menyesuaikan dengan musim pasang surut. Mungkin saya salah ambil waktu berkunjung.haha

Pasir putih pantai Samalona

Perahu yang mengantar kami ke Samalona
Puas main-main di pantai kita langsung lanjut snorkeling. Tempat snorkeling sekitar 50-100 meter dari bibir pantai. Kita bisa request ke pemilik perahu mau yang kedalaman berapa meter. Saat itu kita memilih kedalaman 3 meter menyesuaikan dengan kaki katak. Kalau kamu pengen yang lebih dangkal ada yang kedalaman 1-2 meter, tapi disarankan tidak pakai kaki katak melainkan sepatu snorkeling agar tidak ribet kalau terinjak karang.

Diluar dugaan, ternyata karangnya indah tidak kalah dengan di tempat lain. Coral warna-warni dan ikan yang beragam cukup memanjakan mata untuk berlama-lama memandanginya. Secara umum kondisi coral dan ikan di Pulau Samalona saya kasih nilai 8!!! Buat kalian yang belum pernah snorkeling sebelumnya, mencoba snorkeling disini sungguh pengalaman yang tidak terlupakan. Karena kami semua gak ada yang bawa kamera underwater jadi tidak punya foto apapun disana. Tapi toh tidak semua moment harus diabadikan melalui foto, ada yang cukup diabadikan dalam kenangan.hehe

Setelah sekitar 2 jam snorkeling kita balik ke pulau Samalona mengingat waktu yang terbatas. Sampai di Samalona kita mandi dan pesan minuman untuk menghangatkan badan. Kamar mandi disini cukup bersih dan tersedia air tawar. Selesai beres-beres kita langsung balik ke Makassar. Ditengah perjalanan, Bapak pemilik perahu menawarkan untuk mengantar ke pantai Losari. Hotel kami kebetulan di dekat Losari, daripada harus turun di dermaga dan menunggu mobil jemputan datang. Ternyata perjalanan ke pantai Losari ada untungnya juga. Saya bisa melihat Masjid 99 Kubah dari dekat. Kemarin berencana berkunjung kesini, tetapi karena belum jadi saya hanya melihat dari pantai Losari.

Masjid 99 Kubah

Sekian cerita perjalanan saya di Samalona yang menggoda. Jika kamu pengen kesana pastikan beberapa hal:
  • Nego sama pemilik perahu. Harga normal 500 ribu sehari untuk perahu isi maksimal 10 orang.
  • Bawa makanan dan minuman karena disana gak ada yang jualan. Ada satu warung tapi hanya jual kopi, popmi dan sejenisnya
  • Kalau bisa bawa peralatan snorkeling sendiri untuk hemat biaya